Rabu, 18 Februari 2015

SINOPSIS BUKU CERITA KEPAHLAWANANAN INDONESIA


SINOPSIS BUKU CERITA KEPAHLAWANANAN INDONESIA

Judul buku
Kapitan Pattimura

Pengarang
Io. Nanulaita

Oleh
Indra Kurniawan Bhakti Saputra

Penerbit
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKRTA 1986





PENDAHULUAN

\           Kapitan Pattimura atau yang bernama asli Thomas Mattulesy. Beliau dilahirkan ibunya yang bernama  Transina Silahoi dan ayahnya  yang bernama  Frans Mattulesia, pada hari Minggu, 8 Juini 1783. Datuk keluarga Matulesia berpindah – pindah dan yang di Haria menurunkan ayah dari Thomas. Ibunya berasal dari siri sori soani.
            Thomas Mattulesy pernah bersekolah di sekolah rakyat yang diajar oleh guru yang merangkap sebagai guru agama Nasrani. Beliau pernah mengalami  perrgantian kekuasaan .Pada  tahun 1789 wilayah Maluku yang di kuasai Belanda berganti di kuasai Inggris. Saat pemerintahan Inggris beliau juga pernah mengikuti pendidikan dinas militer inggris dan terakhir berpangkat sersan.
            Tahun 1816 Belanda kembali berkuasa. Rakyat Maluku dipaksa untuk kerja rodi, penyerahan hasil pertanian dan tekanan yang lain, yang membuat rakyat tersiksa. Agar rakyat terbebas dari tekanan, rakyat sepakat melakukan perlawanan. Thomas Mattulesy dipilih rakyat untuk menjadi pemimpin dan dinobatkan dengan gelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 15 Mei pertempuran luar biasa terjadi dimana semua orang belanda di bunuh kecuali anak Van den berg yang diselamatkan Thomas Mattulesy yang dipelihara dan dikembalikan kebeland saat besar. Pada tanggal 16 mei 1817 rakyat saparua dibawah kepemimpinan Thomas Mattulesy berhasil merebut benteng Duurstede selama 3 bulan.
            Pattimura pada akhirnya terpukul dari siri sori. Beliau ditangkap belanda bersama pasukannya dan di bawa ke Ambon, beberapa kali dubujuk untuk bekerjasama namun selalu diolaknya. Akhirnya beliau diadili di pengadilan kolonial belanda dan dijatuhi hukuman gantung pada tanggal 16 Desember 1817 di depan benteng victoria. Beliau gugur sebagai pahlawan nasional yang selalu menjaga kehormatan diri, bangsa dan negaranya.





ISI
        Tanggal 18 maret1817, Thomas telah menggerakkan kesatuannya ke berbagai tempat. Daerah pelabuhan dan pantai pendaratan di dekat Benteng Victoria dijaga keras. hari sebelumnya pimpinannya telah mengumpulkan komandan komadan pasukan dan menerangkan kepada mereka situasi yang timbul karena Traktat London. Dalam beberapa hari lagi akan tiba suatu eskander Belanda membawa gubernur Belanda dan pengiringnya dan disertai pasukan tentara. Jadi pasukan Thomas harus bersiap siap untuk bertugas bila eksander itu telah kelihatan di Tanjung Alang. Akhirnya kapal datang sebanyak tujuh buah, terdiri atas kapal perang dan kapal pengangkut memasuki Teluk Ambon. Rakyat di pesisir teluk menyaksikan eksander itu dengan diam dan cemas. Thomas dan beberapa temannya memperhatikan situasi.
            Pada tanggal 25 Maret, tanggal serah terima kekuasaan. Rakyat Ambon menyaksikan penurunan bendera Inggris dan penaikan bendera Belanda. Tanda buruk menerima Belanda di siang hari, yaitu ketika tri warna diturunkan setengah tiang karena tersiar kabar bahwa kapten laut PM Dietz, meninggal dunia ketika mendekati Tanjung Alang. Jenazahnya diturunkan dengan sekoci dan didayungkan kembali ke kota Ambon.
            Pada tanggal 15 Mei 1817 Benteng Duurstede diserang. Malam itu terjadi ketegangan yang besar dalam benteng. Demikian pula di luar benteng suasana sangat sibuk dan tegang. Subuh tanggal 16 mei, pasukan rakyat telah siap sediauntuk menyerang benteng. Tetapi mereka tidak memiliki pemimpin.
Pada peristiwa itu tidak ada seorang kapitan yang berani mengambil pimpinan. Wakil rakyat dan para kapitan bermusyawaraah pada pagi itu untuk memilih pemimpin mereka. Ada beberapa orang berseru bahwa Thomas Mattulesy adalah pemimpin yang telah terpilih. Saat itulah Thomas Mattulesy diangkat menjadi kapitan dan panglima perang tentara rakyat untuk memimpin rakyat dalam perang kemerdekaan yang akan dilakukan pada pagi itu. Kemudian empat orang berangkat ke Haria untuk memberitahu Thomas tentang keputusan itu. Saat Thomas datang para pasukan menyambutnya dengan senang pada pagi hari itu dan mengejutkan penghuni benteng.
Sementara itu Van Den Berg mengawasi gerakan rakyat dari benteng. Tiba - tiba bendera putih dinaikan dari dalam benteng. Setelah semuanya sudah siap, Putusan dijatuhkan, komando diberikan. Semua  pasukan menyerbu benteng dan pasukan belanda menyambutnya dengan tembakan. Sampai dua kali datang serangan dipukul mundur dan ketiga kali datang lagi serangan. Pasukan  menaiki benteng. Van den berg muncul di atas benteng, melmbai lambaikan sepotong kain putih untuk menyelamatkan benteng, tiba tiba ada peluru yang menembus pahanya, kemudian ia diseret ke sebuah tiang dan ia di tembak. Saat itu semua orang belanda terbunuh kecuali anak Van den berg yang masih kecil diselamatkan oleh Thomas Mattulesy yang dipelihara sampai besar yang kemudian dipulangkan ke Belanda dan diberi nama Van Den Berg Van Saparua. Ini  menunjukan bahwa Thomas Mattulesy memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi.
            Saat serangan terhadap Benteng Duurstede di Saparua, di Nusa laut pergerakan dipimpin oleh Christina Martha Tiahohu dan Paulus Tiahohu bapaknya menyerang dan menduduki Benteng Selandia di Nalahia Nusalaut . Kedua serangan yang dilakukan terhadap Belanda di Benteng Duurstede dan Benteng Selandia mengejutkan pemerintah Belanda di Ambon.
            Untuk menumpas gerakan di Saparua dan di Nusalaut , maka Gubernur Van Midelcop di Ambon menugaskan Ekspedisi pertama dibawah pimpinan kapten becees berangkat ke saparua untuk menumpaas gerakkan Thoms Matulesy dan kawan kawannya. Ketika pasukan kapten Becees akan mendarat di pantai Waisisil ,armadanya dihancurkan oleh pasukan Thomas Mattulesy pada tanggal  20 mei 1817.
Gagalnya Kapten Becees dengan pasukannya, gubernur van midelcop membuat ekspedisi kedua dibawah pimpinan kolonel van de groot. Ketika Kolonel Van De Groot bersama pasukannya tiba di Saparua, setiap tempat yang didatanginya di hancurkan sehingga ruang gerak pasukan Thomas Mattulesy dan kawannya dipersempit, yang pada akhirnya mereka tertangkap dan ditawan.
Pergerakan dari Cristia martha tiahohu dan paulus tiahohu, yang juga pada akhirnya tertangkap, dimana paulus tiahohgu dihukum pacung dihadapan rakyat Nusalaut, sedangkan Cristina martha tiahohu dibawa ke saparua bersama Thomas mattulesy dibawa ke ambon untuk menjalani hukuman mati.
            Saat kapal Evertsen diantara pulau Ambon dan pulau Buru, tiba tiba air mata membasahi geladak kapal Evertsen. kemudian jenasahnya di kebumikan di laut banda. Selanjutnya Thomas matulesy dan kawannya melanjutkan perjalanan ke ambon dan ditawan di Benteng Victoria Ambon.
            tanggal 16 Desember 1817 di depan Benteng Victoria. Akhirnya beliau dan pasukannya dijatuhi hukuman gantung. Pasukannya satu persatu naik ke tiang gantungan. Kapitan Pattimura gugur sebagai Pahlawan Nasional yang selalu menjaga kehormatan diri, bangsa dan negaranya.

ULASAN
            Kapitan Patimura adalah salah satu pahlawan besar yang ada di negeri tercinta ini. Beliau yang bernama asli Thomas Matulesy adalah tokoh pemuda yang lahir di Haria pada tanggal 8 Juni 1783, sebuah daerah di wilayah Sulawesi.
            Ada beberapa hal yang sangat patut dicatat dalam sejarah beliau yang sangat penting bagi generasi muda Indonesia. Beliau adalah seorang pelajar yang giat, itu dibuktikannya dengan aktivitasnya mengikuti sekolah rakyat di lingkungan gereja yang ketika itu diajar oleh seseorang yang merangkap sebagai pemuka agama. Pada masa kependudukan Inggris, Beliau juga mengikuti dinas militer hingga mencapai pangkat Sersan.
            Naluri kemanusiaannya begitu tergerak ketika pada masa penjajahan Belanda terjadi penindasan dan kesewenang-wenangan. Keinginannya untuk membela mereka yang lemah, memperjuangkan kebenaran dan keadilan telah mendorong dirinya untuk berjuang melawan tindak kesewenang-wenangan itu. Akhirnya Beliau menggalang dukungan masyarakat dan muncullah gerakan untuk menentang  penjajah Belanda.
                Jiwa kemanusiaannya juga ditunjukkan ketika Beliau menyerang benteng  Duurstede hingga seluruh pasukan Belanda terbunuh hanya tertinggal anak dari Van Den Berg. Beliau rawat anak itu dan Beliau kembalikan ke negaranya setelah besar. Hal itu menunjukkan betapa mulia akhlak dan budi pekertinya terhadap sesama manusia, meskipun terhadap anak pihak musuh sekalipun.
            Beliau juga merupakan orang yang gigih dan tetap berpegang teguh kepada prinsip dan keyakinannya untuk membela bangsa dan negara. Hal ini ditunjukkan ketika satu persatu pasukannya dipenggal dan ketika sampai kepada gilirannya, Beliau ditawarkan untuk dilepaskan dari hukuman mati asal mau bekerjasama dengan Belanda, Beliau memilih untuk mati demi kehormatan diri, bangsa dan negaranya.
            Kisah, perjuangan dan keteladanan Kapitan Pattimura atau yang bernama asli Thomas Mattulesy harus kita contoh sebagai generasi muda pengisi kemerdekaan yang telah Beliau perjuangkan. Semoga Beliau mendapatkan tempat terbaik di sisiNya atas semua kebaikan dan perjuangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar